Sunday, September 23, 2018

HIJAU DI TENGAH KEMARAU



وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ بِإِذْنِ رَبِّهِ ۖ وَالَّذِي خَبُثَ لَا يَخْرُجُ إِلَّا نَكِدًا ۚ كَذَٰلِكَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَشْكُرُونَ

Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur
(AQ. Surat Al-A'raf (7): 58 ).

Izin Allah tentu saja tidak turun begitu saja, tanpa adanya Proses Ikhtiyar dan usaha manusia. Tanah akan menjadi Baik dan Subur, bila ada perlakuan dan pengelolaan yang tepat dari manusia.

Usaha, upaya dan Ikhtiyar yang tiada henti untuk menjadikan tanah menjadi baik, hanya akan dilakukan oleh manusia-manusia yang memiliki Kesyukuran. Rasa Bersyukur kepada Allah SWT atas segala Limpahan Karunia dan Rizqinya.

Hujan. Adalah satu diantara limpahan Karunia dan Rizqi Allah yang dicurahkan dari Langit. Namun dapat berubah menjadi musibah saat manusia tidak pandai Bersyukur.

Manusia yang Bersyukur, akan bekerja membuat tampungan air. Saat di musim hujan, air dapat ditampung di dalamnya. Sehingga tidak akan terjadi banjir. Dan saat kemarau, persediaan airpun tetap ada. Sehingga tetap dapat menanam dan memanen, walau di musim kemarau.

Konsep revolusi pertanian dengan mendekatkan sumber air ke lahan-lahan pertanian. Dan itu mulai menampakkan hasil. Walau di musim kemarau, kita harus tetap dapat menanam (padi, dlsb). Satu area siap panen, diarea lain baru ditanam, dan dilakukan pembibitan. Begitu seterusnya. Sambung Menyambung.

Hal tersebut dapat dilakukan, karena kemampuan Mensyukuri Karunia Tuhan dengan karya dan kerja nyata.

Maka, hijau di tengah kemarau adalah Izin yang diberikan Allah, sebagai Berkah bagi manusia-manusia yang mau Bekerja, Berbuat, dan Beramal dengan Penuh Kesyukuran.