Thursday, December 18, 2014

Bertawakkal Kepada Allah


Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, Yang mencukupkan segala perkara orang-orang yang bertaqwa:
قال الله تعالي: ﴿ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ( الطلاق : 3)
"Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya"(QS. Al-Thalaq: 3)
Dia telah memeritnahkan kekasihNya dan manusia pilihanNya serta seluruh orang yang beriman untuk bertawakkal kepadaNya:
قال الله تعالي: ﴿ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
( آل عمران : 159)
" Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya." (QS. Ali Imron: 159)
Kami memuji Allah dan memohon pertolongan kepadaNya… dan kami belindung denganNya dari kejahatan diri kami dan keburukan perbuatan kami. Barangsiapa yang telah diberikan petunjuk oleh Allah maka tiada seorangpun yang mampu memberikannya petunjuk dan barangsiapa yang disesatkannya maka tiada seorangpun yang menjadi penolong dan penunjuk jalan baginya. Amma Ba’du:
Allah telah menjamin dan berjanji kepada orang yang bertawakal kepadaNya untuk diberikan kecukupan. Makhluk ini adalah ciptaanNya dan semua urusan ada di tanganNya:
قال الله تعالي: ﴿ إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
(يس : 82)
"Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia." ( QS. Yasin: 82).
                Tawakkal adalah menyeraahkan segala urusan kepada Zat yang memiliki segala keputusan bagi semua urusan, yaitu Allah Ta’ala. Hal disebabkan kelemahan seorang hamba untuk mengatur diri mereka sendiri. Tidak ada nafas yang keluar atau masuk kecuali dengan izin Allah. Dan yang kedua adalah karena kesempurnaan ilmu dan kekuasaan Allah.
                Tawakkal itu tidak bertentangan dengan kewjaiban untuk berusaha, bahkan seorang hamba diharuskan unuk berusaha sebagai sebab dengan syarat agar seorang hamba tidak boleh menggantungkan hati dengannya.
Seorang Badui datang kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan beliau berkata kepadanya: Dari manakah engkau datang?. “Dari Syam”, jawab orang badui tersebut. “ Apakah dengan berjalan kaki atau dengan berkendaraan?. Tanya beliau kembali. “Berkendaraan”. Jawabnya. “Lalu di manakah kendaraanmu?. Tanya beliau kembali. “Aku meninggalkannya di balik gunung”. Jawabnya. Beliau bertanya kembali: Apakah engkau telah mengikatnya?”. “Tidak aku meninggalkannya lalu bertawakkal kepada Allah”. Jawabnya. “Ikatlah dia lalu bertwakkal kepada Allah”. Perintah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Maksudnya adalah agar seseorang berusaha mengerjakan sebab-sebab kesuksesan) dan stelahnya baru berserah diri kepada Allah Ta’ala.
                Adapan macam-macam takwakkal adalah Pertama: bertawakkal kepada Allah dalam masalah rizki dan ajal. Seorang muslim berkeyakinan bahwa rizki dan ajal telah ditetapkan oleh Allah pada saat dirinya masih berada di dalam perut ibunya. Berdasarkan hadits riwayat Muslim: Sesungguhnya salah seorang di antara kalian dikumpulkan penciptaanya di dalam perut ibunya selama empat puluh hari, kemudian dia menjadi segumpal darah dalam masa yang sama seperti itu, kemudian dia berubah menjadi segumpal daging dalam masa yang sama seperti itu, kemudian Allah memerintahkan kepada para malaikat lalu dia diperintahkan untuk menulis empat perkara. Dan dikatakan kepadanya tulislah amal, rizki, ajal dan nasibnya apakah dia sengsara atau bahagia, kemudian barulah ditiupkan ruh kepadanya…”.[1]
                Seorang muslim berkeyakinan bahwa ajalnya tidak akan pernah berkurang walau satu saatpun, dan tidak pula berkurang dari rizkinya walau seukuran atom. Berdasarkan sebuah riwayat dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam: Wahai sekalian manusia, takutlah kepada Allah dan memohonlah dengan cara yang baik. Sesungguhnya satu jiwa tidak akan mati sehingga dia mengambil rizkinya secara sempurna walau datangnya terlambat (dari harapannya). Bertqwalah kepada Allah dan memohonlah dengan cara yang baik. Ambillah apa-apa yang dihalalkan dan tinggalkanlah apa-apa yang diharamkannya”.[2]
Jenis-jenis tawakkal adalah bertawakkal kepada Allah saat datangnya musibah. Di dalam hadits qudsi disebutkan bahwa Allah Ta’ala berfirman: Wahai malaikat maut engkau engkau telah mencbut nyawa anak seorang hambaKu?. Engkau telah mencabut nyawa penyejuk pandangannya dan buah hatinya?. Malaikat maut menjawab: Benar”. Allah bertanya: Apa yang dikatakannya?. Malaikat maut menjawab: Dia memuji Allah dan istrija’[3]Allah Ta’ala berfirman: Buatkanlah baginya sebuah rumah di dalam surga dan sebutlah namanya dengan rumah pujian”.[4]
Auf bin malik datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan berkata: Sesungguhnya anaku telah ditawan oleh sekolompok kaum. Maka Raslullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Perbanyaklah mengucapkan:
لا حول ولا قوة إلا بالله
maka diapun mengerjakannya. Lalu musuh terlalai dengan anak yang menjadi tawanan tersebut maka diapun terlepas, dan dia mendapatkan seekor kambing lalu dibawanya kambing tersebut lari bersama dirinya. Allah Ta’ala berfirman:
قال الله تعالي: ﴿وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ( الطلاق: 2-3 )
"Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya". (QS. Al-Thalaq: 2-3).
Makasudan sepantasnya bagi seorang hamba untuk memohon tawakkal kepada Allah Ta’ala berdasarkan hadits:
اللهم إني أسألك صدق التوكل عليك اللهم اجعلني ممن توكل عليك فكفيته
“Ya Allah anugrahkanlah kepada kami rasa tawakkal yang sebenarnya, Ya Allah jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertawakkal kepadaMu lalu Engkau mencukupkan Aku”.
                Dan seorang hamba harus yakin bahwa tetapnya suatu keadaan dalam satu kondisi yang permanent adalah mustahil. Dan di antara kedipan dan pejaman mata Allah menjadikan banyak perubahan dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain.
Kita telah berjalan di atas garis yang telah ditetapkan baginya
Barangsiapa yang ditetapkan baginya suatu keadaan, maka dia menjalaninya
Barangsiapa yang tempat kematiannya telah tercatat disebuah negeri
Maka dia pasti tidak akan menemukan kematiannya di negeri yang lain
                Orang yang tidak bertwakkal kepada Allah akan sengsara oleh hati dan angan-angan yang bercerai berai, hidup tertekan karena takut dengan masa depan yang suram, bersedih atas masa lalu, tidak rela dengan keadaan dirinya, dada menyempit dan penyakit menghantui. Maha Benar Allah dengan firmanNya:
قال الله تعالي: ﴿ وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ وَإِنَّهُمْ لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُم مُّهْتَدُونَ ( الزخرف: 37 )
"Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Qur'an) Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (37) Dan sesungguhnya setan-setan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk".( QS. Al-Zukhruf: 37).
Wahai Tuhanku semua perkara di tanganMu
Semua urusanku telah ku serahkan kepadaMu
Saat diriku tenggelam dalam Lumpur kesulitan
Terombang-ambing terbentur batu-batu raksasa
Adakah asa selain diriMu, saat keresahan menyelimuti
Menghempaskan bahtera kehidupan yang ku lalui
                Hanya ini yang dapat aku sampaikan, aku memohon ampunan kepada Allah yang Maha Agung untuk diriku dan kalian semua. Mohonlah ampunanNya…..




[1] Al-Bukhari, kitab bud’ul khlaq.
[2] HR. Ibnu Majah, kitabut tijarat.
[3] إنا لله وإنا إليه راجعون : Mengucapkan
[4] Musnad. Musnad Al kufiyyin. Al-Turmudzi dan redaksi hadits dari Imam Ahmad.


(Sumber : www.islamhouse.com)